Search This Blog
Sunday, September 19, 2010
Sunday, July 18, 2010
Monday, July 5, 2010
Literally Chiling Out At AIr Terjun Sungai Tua =)
This is suppose the picture taken when we r going back...
It was raining when we arrived....
After rain....hoooo...the water so terrifying...as u can see my scared face..
En.dinul insisting me to change..hehehhe....cant wait to feel d water..
Owh....lunch 1st....homemade nasi kokrek...nyum2
nyummmmmm3
He trying to swim or what..haha
huhuhuhuhu...so coldddddddddddd
Saturday, July 3, 2010
Taubat Nasuha - penjelasan dari Dr.Yusuf Qaradhawi
Taubat Nasuha
Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu'minin adalah taubat nasuha (yang semurni-murninya) seperti disebut dalam Al Quran:"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya." QS. at-Tahrim: 8Kemudian apa makna taubat nasuha itu.
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya: "artinya adalah, taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya."
Sedangkan nasuha adalah redaksi hiperbolik dari kata nashiih. Seperti kata syakuur dan shabuur, sebagai bentuk hiperbolik dari syakir dan shabir. Dan terma "n-sh-h" dalam bahasa Arab bermakna: bersih. Dikatakan dalam bahasa Arab: "nashaha al 'asal" jika madu itu murni, tidak mengandung campuran. Sedangkan kesungguhan dalam bertaubat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah. Dan dalam bermusyawarah, an-nush itu bermakna: membersihkannya dari penipuan, kekurangan dan kerusakan, dan menjaganya dalam kondisi yang paling sempurna. An nush-h (asli) adalah lawan kata al-gisysy-(palsu).
Pendapat kalangan salaf berbeda-beda dalam mendefinisikan hakikat taubat nasuha itu. Hingga Imam Al Qurthubi dalam tafsinrya menyebut ada dua puluh tiga pendapat. (Lihat: Tafsir al Qurthubi ayat ke delapan dari surah at Tahrim). Namun sebenarnya pengertian aslinya hanyalah satu, tetapi masing-masing orang mengungkapkan kondisi masing-masing, atau juga dengan melihat suatu unsur atau lainnya.
Ibnu Jarir, Ibnu Katsir dan Ibnu Qayyim menyebutkan dari Umar, Ibnu Mas'ud serta Ubay bin Ka'b r.a. bahwa pengertian taubat nasuha: adalah seseorang yang bertaubat dari dosanya dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak kembali ke payudara hewan. Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dengan marfu': taubat dari dosa adalah: ia bertaubat darinya (suatu dosa itu) kemudian ia tidak mengulanginya lagi." Sanadnya adalah dha'if. Dan mauquf lebih tepat, seperti dikatakan oleh Ibnu Katsir.
Hasan Al Bashri berkata: taubat adalah jika seorang hamba menyesal akan perbuatannya pada masa lalu, serta berjanji untuk tidak mengulanginya.
Al Kulabi berkata: Yaitu agar meminta ampunan dengan lidah, menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak melakukannnya lagi.
Sa'id bin Musayyab berkata: taubat nasuha adalah: agar engkau menasihati diri kalian sendiri.
Kelompok pertama menjadikan kata nasuha itu dengan makna maf'ul (objek) yaitu orang yang taubat itu bersih dan tidak tercemari kotoran. Maknanya adalah, ia dibersihkan, seperti kata raquubah dan haluubah yang berarti dikendarai dan diperah. Atau juga dengan makna fa'il (subjek), yang bermakna: yang menasihati, seperti khaalisah dan shaadiqah.
Muhammad bin Ka'b al Qurazhi berkata: taubat itu diungkapkan oleh empat hal: beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh, berjanji dalam hati untuk tidak mengerjakannya kembali, serta meninggalkan rekan-rekan yang buruk. (Madaarij Saalikiin : 1/ 309, 310. Cetakan As Sunnah Al Muhammadiyyah, dengan tahqiq Syaikh Muhammad Hamid al Faqi. Dan tafsir Ibnu Katsir : 4/ 391, 392).
Sekadar Bicara Taubat dengan Lidah Bukan Taubat
Taubat tidak sekadar mengucapkan dengan lidah, seperti dipahami oleh kalangan awam. Ketika salah seorang dari mereka datang kepada seorang tokoh agama ia berkata kepadanya: "Pak kiyai, berilah taubat kepada saya". Kiyai itu akan menjawab: "ikutilah perkataanku ini!": "aku taubat kepada Allah SWT, aku kembali kepada-Nya, aku menyesali dosa yang telah aku lakukan, dan aku berjanji untuk tidak melakukan maksiat lagi selamanya, serta aku membebaskan diri dari seluruh agama selain agama Islam".Dan ketika ia telah mengikuti ucapan kiyai itu dan pulang, ia menyangka bahwa ia telah selesai melakukan taubat!.
Ini adalah bentuk kebodohan dua pihak sekaligus: kebodohan orang awam itu, serta sang kiyai juga. Karena taubat bukan sekadar ucapan dengan lidah saja, karena jika taubat hanya sekadar berbuat seperti itu, alangkah mudahnya taubat itu.
Taubat adalah perkara yang lebih besar dari itu, dan juga lebih dalam dan lebih sulit. Ungkapan lisan itu dituntut setelah ia mewujudkannya dalam tindakannya. Untuk kemudian ia mengakui dosanya dan meminta ampunan kepada Allah SWT. Sedangkan sekadar istighfar atau mengungkapkan taubat dengan lisan --tanpa janji dalam hati-- itu adalah taubat para pendusta, seperti dikatakan oleh Dzun Nun al Mishri. Itulah yang dikatakan oleh Sayyidah Rabi'ah al 'Adawiyah: "istighfar kita membutuhkan istighfar lagi!" Hingga sebagian mereka ada yang berkata: "aku beristighfar kepada Allah SWT dari ucapanku: 'aku beristighfar kepada Allah SWT'". Atau taubat yang hanya dengan lisan, tidak disertai dengan penyesalan dalam hati!
Sementara hakikat taubat adalah perbuatan akal, hati dan tubuh sekaligus. Dimulai dengan perbuatan akal, diikuti oleh perbuatan hati, dan menghasilkan perbuatan tubuh. Oleh karena itu, al Hasan berkata: "ia adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh, dan berjanji untuk tidak akan mengerjakan perbuatan dosa itu lagi."
Friday, July 2, 2010
Dont Quit!
When the road you're trudging seems all up hill.
When funds are low and the debts are high.
And you want to smile, but you have to sigh.
When care is pressing you down a bit.
Rest, if you must, but don't you quit.
Life is queer with its twists and turns.
As everyone of us sometimes learns.
And many a failure turns about
When he might have won had he stuck it out:
Don't give up though the pace seems slow -
You may succeed with another blow.
Success is failure turned inside out -
The silver tint of the clouds of doubt.
And you never can tell how close you are.
It may be near when it seems so far:
So stick to the fight when you're hardest hit
It's when things seem worst that you must not QUIT.
Monday, June 28, 2010
Friday, June 25, 2010
Thursday, June 24, 2010
Writing Again =)
Sunday, June 20, 2010
Saturday, June 19, 2010
Wednesday, June 16, 2010
My Engagement Day =)
Tuesday, May 4, 2010
Cameron mini trip 1st May 2010 (still under construction)
Thursday, April 29, 2010
Tuesday, April 27, 2010
Status PTPTN????
1,000,000 rakyat minta Tukar PTPTN kepada BIASISWA Terlalu ramai yang bertanya kepada saya tentang PTPTN. Saya cuba mengelak dari membuat sebarang ulasan di dalam web saya kerana mendapat info bahawa mereka sedang dalam proses islamisasi produk mereka. Bagaimanapun demi, bersikap adil kepada hukum dan ilmu, saya tiada pilihan kecuali perlu mengurakannya demi menjawab persoalan orang yang-orang yang bertanya dengan adil.
Jawapan mudah saya, apa yang dilakukan dengan 3 % sebagai kos perkhidmatan adalah riba. Bagaimanapun saya mendapat tahu bahawa,pihak PTPTN sedang berusaha untuk mengubah kepada sistem Islam cuma masih gagal mengimplementasikannya disebabkan oleh masalah sistem pengkomputeran sedia ada dan lain-lain masalaha yang tidak diketahui.
Saya difahamkan beberapa pakar Shariah dan bank Islam di Malaysia telah membentangkan beberapa cadangan struktur pembiayaan pelajaran baru berlandas aqad Ijarah, Bai' dan lain-lain lagi. Bagaimanapun, banyak yang menemui jalan buntu dan sebahagiannya masih dalam proses penyemakan dan penilaian.
Dari sudut Shariah, 3 % yang diletakkan sebagai kos perkhidmatan itu adalah dianggap sebagai Riba. Tidak dinafikan bahawa para ulama sedunia telah meluluskan bahawa halal bagi sesuatu pinjaman yang dibuat atas asas Qardhul Hasan mengenakan sejumlah kos perkhidmatan kepada peminjam, bagaimanapun cara yang digunakan oleh PTPTN adalah tidak menepati fatwa tersebut.
Apa itu Qard
‘Qard' dari sudut definisinya bermaksud pertukaran atau perpindahan hak milik sesuatu aset atau wang dari pemilik asal kepada pihak lain dengan syarat, pihak lain itu berkewajiban memulangkan aset atau wang yang dipinjam tersebut atau yang sama nilainya pada kemudian hari.
Dalam kata lainnya, ia adalah satu jenis pemberian hutang dalam bentuk sejumlah wang atau pinjaman barangan seperti meminjamkan kereta atau telefon bimbit kepada orang lain dengan syarat ianya dipulangkan semula pada kemudian hari.
Pinjaman atau ‘Qard' dalam Islam adalah merupakan satu kontrak yang di asaskan atas dasar bantu membantu, sukarela (tabarru') dan belas kasihan kepada individu yang memerlukan (Al-Mughni, Ibn Quddamah, 4/353). Atas sebab itu, Islam menyanjung tinggi amalan ini sehinggakan Nabi SAW bersabda : "Barangsiapa yang melepaskan satu kesukaran saudaranya, maka Allah akan melepaskan pelbagai kesukarannya di akhirat.." (Riwayat Muslim)
Sebuah lagi hadith menyebutkan kelebihan pinjaman tanpa faedah sebagaimana hadith berikut : Dari Anas ra berkata: " berkata Rasulullah SAW, aku telah nampak pada malam aku diperjalankan (pada malam isra' mikraj), tertulis di pintu syurga : satu sedeqah dipergandakan pahalanya sebanyak sepuluh kali, manakala ‘qard' atau pinjaman tanpa faedah digandakan sebanyak lapan belas kali ganda..." (Riwayat Ibn Majah, 2/812)
Qard ( Pinjaman ) Tidak Boleh diJadikan Asas Perniagaan
Berdasarkan asas tersebut, kontrak pinjaman ini tidak sesekali boleh dijadikan sebagai alat untuk perniagaan atau meraih keuntungan di dalam Islam. Bagi memastikan objektif kebajikan dan bantuan dalam ‘Qard' tercapai, Islam meletakkan kewajiban , bagi setiap pinjaman wang (cth : RM 5000) mestilah dipulangkan pada kemudian hari dengan jumlah yang sama tanpa sebarang tambahan dan manfaat lain yang dipaksakan atau diipersetujui. Sekiranya terdapat sebarang tambahan (cth 3 % dari jumlah RM 5000 sebagai bunga atau manfaat lain), sepakat seluruh ulama menyebut ianya termasuk dalam kategori Riba an-Nasiah yang disepakati haramnya. (Al-Jami' fi Usul al-Riba, hlm 217).
Isu kos perkhidmatan dalam pinjaman
Sungguh ramai yang mengajukan pertanyaan kepada saya berkenaan hukum kos perkhidmatan dan pengurusan yang dikenakan bagi pinjaman yang diberikan. Terdapat beberapa pihak yang cuba mengenalkan produk pinjaman yang bersifat Islam serta diberi nama "Qardhul Hasan". Istilah ‘Qardhul Hasan' merujuk kepada pinjaman tanpa sebarang faedah, ertinya peminjam hanya perlu membayar wang modal yang dipinjamnya sahaja tanpa sebarang penambahan. Ia dikira sebagai salah satu bentuk ibadat yang amat digalakkan kerana sifatnya yang membantu melepaskan orang lain dari kesukaran dan keperluan mendesak tanpa mengambil sebarang peluang atas kesusahan orang lain dengan mengenakan ‘bunga', faedah atau riba.
Walau bagaimanapun, implementasi ‘Qardul Hasan' ini kerap kali tersasar dari tujuan dan konsep asal pinjaman bersifat kebajikan hingga menjadi dwi tujuan, iaitu untuk bantuan dan meraih keuntungan disebalik nama kos perkhidmatan dan pengurusan agar ia menjadi ‘Halal' kononnya.
Sebelum membincangkan soal kos perkhidmatan ini, terlebih dahulu saya ingin membawakan keputusan Persidangan ulama antarabangsa di bawah AAOIFI (http://www.aaoifi.com) menyatakan bahawa semua faedah atau lebihan (dari jumlah yang diberi pinjam) yang telah dipersetujui atau disyaratkan di dalam kontrak atau ‘aqad' pinjaman dibuat di awal kontrak atau dikenakan ketika kelewatan pembayaran balik pinjaman sama ada dalam bentuk wang, barangan dan apa-apa manfaat adalah di larang sama sekali dan ia adalah Riba. (Shariah Standard, AAOIFI, hlm 336)
Adapun dalam hal kos perkhidmatan, Majlis Shariah AAOIFI dan hasil Keputusan Kesatuan Fiqh Islam Sedunia (dalam sidangnya yang ketiga pada 1986 M) berpendapat DIBENARKAN untuk mengenakan kos perkhidmatan dengan syarat ianya ADALAH KOS SEBENAR. Resolusi mereka juga menyebut, adalah HARAM untuk mengenakan kos yang lebih dari kos sebenar, justeru para Ulama dari persidangan tadi mewasiatkan agar cara untuk mengira dibuat setepat dan sebaiknya. Selain itu, keputusan mereka juga menyebut bahawa kos-kos tidak lansung seperti gaji pekerja, sewaan tempat dan tanggungan lain-lain sesebuah institusi itu tidak boleh dimasukkan di dalam kos pengurusan sebenar bagi sesebuah pinjaman. (Shariah Standard, AAOIFI, no 9/1, hlm 337)
Hasilnya, perlu kita fahami bahawa sebarang kos perkhidmatan dan pengurusan yang diletakkan seperti 2 %, 3 % atau 4 % dari jumlah pinjaman dengan hujjah bahawa ianya adalah kos pengurusan adalah tidak boleh diterima sama sekali. Ini adalah bentuk yang dilakukan oleh PTPTN dan lain-lain institusi yang melakukannya.
Majlis Penasihat Shariah Dunia di AAOIFI menyebut " It is not permitted to link the charge to the amount withdrawn (given)" ( Shariah Standard, no 10/3/2, hlm 338). Ini adalah kerana peratusan yang dikaitkan dengan jumlah pinjaman ini menyebabkan jumlah kos pengurusan yang pada asalnya adalah sama (kerana menggunakan alatan dan system yang sama), menjadi berubah mengikut jumlah pinjaman yang diberi.
Inilah Riba yang berselindung di balik nama kos pengurusan dan ‘Qardul Hasan' namanya. Bayangkan, jumlah kos sebenar bagi sesuatu pinjaman yang diberikan kemungkinan hanya (sebagai contoh) sebanyak RM 500 bagi setiap transaksi komputer, peguam, cukai stamp dan lain-lain kos sebenar urusan pinjaman atas asas ‘Qardul Hasan'. Dalam keadaaan ini, sepatutnya sesiapa sahaja yang meminjam, tanpa mengira berapa pun jumlah pinjaman mereka maka akan dikenakan satu jumlah kos sebenar pengurusan yang tetap dan tepat iaitu RM 500.
Bagaimanapun, apabila diletakkan satu jumlah peratusan seperti 2 % dan lainnya. Jumlah kos pengurusan tadi sudah pasti akan berubah mengikut jumlah pinjaman yang diberi, tatkala itu kos pengurusan tidak lagi menjadi kos pengurusan tetapi menjadi kos faedah dan riba yang dikenakan bagi setiap sen duit atau wang yang dipinjamkan.
Akhirnya, mesej yang ingin saya sampaikan dari tulisan kali ini tidak lain adalah untuk memastikan nama ‘Qardul Hasan' dan fatwa oleh ulama sedunia berkenaan keharusan kos pengurusan atas pinjaman tidak di salahkan gunakan atau di salah fahami.
Yang Sudah Berlalu & Alternatif
Bagi yang sudah terlepas. Wallahu ‘alam, mungkin anda boleh di anggap dalam situasi 'hajiat' ( keperluan yang agak mendesak bagi mencapai fardhu ‘ain dan Kifayah iaitu belajar) jika sememangnya tiada bantuan kewangan lain yang boleh diperolehi di ketika anda memohon. Wallahu a'lam.
Allah SWT telah menyebut dgn jelas ertinya : " Allah tidak membebankan seseorang perkara yang tidak tidak dimampuinya"
Bilamana seseorang tiada jalan lain lagi yang boleh di perolehi untuk mendapatkan bantuan kewangan pelajarannya, cuma PTPTN saja yang layak (pinjaman PTPTN pula pula dibuat secara Riba), atau bagi sesiapa yang telah terlanjur terlibat dengan Riba ini, tidak banyak yang boleh saya nasihatkan kecuali bertawbat kepada Allah atas ketidakmampuan mengelak itu dan berdoa agar anda tidak di bebankan dengan dosa ini dengan hati yang tidak redha.
Mungkin ia boleh diqiyaskan kepada kisah sahabat yang mengucapkan kalimah kufur kerana terpaksa tetapi hatinya sentiasa beriman kepada Allah dan tidak redha dengan kalimah yang terpaksa di ucapkan itu. Bagaimanapun sahabat nabi tadi diancam dengan bunuh, manakala peminjam PTPTN diancam dengan tertutup peluang belajar ?. Adakah sama ?. Tidak juga, kerana belajar ilmu boleh didapati dalam pelbagai cara termasuk yang percuma seperti di web saya ini. Ringkasnya, memang sukar sebenarnya untuk mangangkat tangan mengatakan "saya dharurat ustaz" atau 'saya amat terdesak' sehingga terlibat. Lebih membimbangkan ada ura-ura untuk mewajibkan ibu bapa menjadi penjamin kepada pinjaman PTPTN si anak. Ini bermakna ibu bapa juga akan termasuk dalam kumpulan yang terlibat dengan riba dengan jaminannya.
Apapun, jika terlibat juga ia bukanlah dosa 100 % terhasil dari diri anda, tetapi pengurusan berwajib yang lebih besar tanggungannya di sisi Allah SWT.
Bagaimanapun, inisiatif pengurusan PTPTN untuk mengubah cara pemberian bantuan yang selari dengan kehendak Islam dan bertepatan dengan agenda kerajaan "ISLAM HADARI" , boleh di puji, ia pasti dilihat oleh ALLAH swt sebagai satu azam kepada kebaikan. Cuma kita mengharapkan ia lebih dari azam lalu menjadi realiti. wallahu alam.
Saya amat memahami bahawa biasiswa dan zakat pula mungkin amat sukar untuk diperolehi. Apapun, sepatutnya di usahakan terlebih bantuan lain dahulu sebelum mengangkat tangan 'mengalah' dan mengambil yang riba. Bagi saya, adalah lebih baik bagi pelajar yang belajar di dalam Malaysia untuk membuat pinjaman tanpa faedah dengan ibu bapa atau adik beradiknya ( jika mereka orang mampu) dari membuat pinjaman PTPTN yang mengenakan % tertentu sebagaia 'kos perkhidmatan' kecuali jika anda belajar di luar negara yang kosnya terlalu tinggi.
Selain itu, ada beberapa buah bank Islam ada menawarkan pembiayaan pendidikan yang distruktur secara bai Inah. Adalah lebih baik untuk mendapatkan perkhidmatan ini dari terjebak dalam RIba walaupun mungkin kosnya lebih tinggi.
Saya juga ingin mencadangkan agar anda membuat surat memohon agar dihapuskan pembayaran 3 % itu kepada pihak PTPTN, sekiranya mereka luluskan. Alhamadulillah, sekiranya mereka tidak meluluskan, maka tanggung jawab yang sudah terlepas menggunakannya telah dikira terlepas.
Bagaimanapun, jika anda gagal mendapatkan rebate dari PTPTN, maka hutang tersebut masih wajib dibayar penuh menurut undang-undang Malaysia. Saya hanya mampu mencadangkan agar rayuan pelepasan dibuat sahaja. Lebih elok jika rayuan dibuat sambil menampilkan prestasi cemerlang di universiti, mungkin ada peluang untuk mendapat pelepasan sebagaimana jenis 'pinjaman boleh ubah', yang mana kos tamabahan itu boleh dihapuskan apabila pelajar mendapat skor tinggi.
Jika benar PTPTN ada menyediakan ruang bagi mereka yang skor untuk dihapuskan kso perkhidmatan riba itu. maka menajdi WAJIB bagi pelajar untuk meraih skor itu, tidak bersungguh bagi mendapatkannya akan dikira sebagai berdosa. Kerana ada peluang untuk elak , tetapi bermalasan untuk mencapainya. Selamat belajar dalam berkat Allah......
Sekian
sumber:-
http://www.zaharuddin.net/
Friday, April 23, 2010
I almost forget how to it feels to cry alone
You shouldn't be my knight in shining whatever all d time syg...sometimes you just have to let me save myself....
Tuesday, April 20, 2010
ReSUme mistakes
Here are ten of the deadliest resume phrases in use ("massive overuse" would be more accurate) and replacements for each one. You'll rewrite the replacement phrases to reflect your own accomplishments--and that's the key! We can't expect a timeworn piece of resume boilerplate to stand in for our own pithy, personal examples.
Kill this: Results-oriented professional
Replace with your own version of this: I love to solve thorny supply-chain problems
Kill this: Excellent team player
Replace with your own version of this: At Acme Dynamite, I partnered with Engineering to cut our product cost in half
Kill this: Bottom-line orientation
Replace with your own version of this: My accounting-process overhaul saved the company $10M in its first year
Kill this: Superior communication skills
Replace with your own version of this: I led a two-day offsite that yielded our 2010 product lineup and a $40K cost savings
Kill this: Possess organizational skills
Replace with your own version of this: Reduced customer-complaint resolution time from three weeks to one by revamping the process
Kill this: Savvy business professional
Replace with your own version of this: I'm a PR manager who's gotten his employers covered by Yahoo! and Time magazine
Kill this: Strong work ethic
Replace with your own version of this: I taught myself HTML over a weekend in order to grab a marketing opportunity
Kill this: Meets or exceeds expectations
Replace with your own version of this: Invited to join our executive staff at a strategy summit during my first year at the company
Kill this: Strong presentation skills
Replace with your own version of this: Was recruited to join Acme Dynamite after my boss heard me speak at a conference
Kill this: Seeking a challenging opportunity
Replace with your own version of this: I'm looking for a midsize manufacturer primed to grow its business in the Pacific Rim
Get the boilerplate lead out of your resume today, and replace it with concrete, visual stories that bring your power to life. Watch employers respond! You can't afford to send out another lifeless, sounds-like-everyone-else resume. Employers want the real you on the page. Try it!
--
Liz Ryan is a 25-year HR veteran, a former Fortune 500 VP, and an internationally recognized expert on careers and the new-millennium workplace. Connect with her at www.asklizryan.com.
Monday, April 19, 2010
Wanita Solehah
Sunday, April 18, 2010
I will finish them today
Friday, April 16, 2010
Thursday, April 15, 2010
The Power of Words
"Mata pena lebih tajam daripada mata pedang" -Saidina Ali-
" Tajam keris raja, tajam lagi pena pujangga" - Usman Awang-
Wednesday, April 14, 2010
My first attempt in writing books..hehehe=)
Tuesday, April 13, 2010
Genius Indeed!!
Abū ‘Alī al-Ḥusayn ibn ‘Abd Allāh ibn Sīnā', known as Abū Alī Sīnā
(Persian: ابوعلی سینا) or, more commonly, Ibn Sīnā[4] (Arabic: ابن سینابلخي), but most commonly known in English by his Latinized name Avicenna (Greek: Aβιτζιανός, Abitzianos),[5] (c. 980 - 1037) was a Persian[6] polymath and the foremost physician and philosopher of his time.[7] He was also an astronomer, chemist, geologist, Hafiz, Islamic psychologist, Islamic scholar, Islamic theologian, logician, paleontologist, mathematician, Maktab teacher, physicist, poet, and scientist.[8]
Ibn Khaldūn or Ibn Khaldoun (full name, Arabic: أبو زيد عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي , Abū Zayd ‘Abdu r-Raḥman bin Muḥammad bin Khaldūn Al-Hadrami, (May 27, 1332 AD/732 AH – March 19, 1406 AD/808 AH) was an Arab polymath[1][2] — an astronomer, economist, historian, Islamic jurist, Islamic lawyer, Islamic scholar, Islamic theologian, hafiz, mathematician, military strategist, nutritionist, philosopher, social scientist and statesman—born in North Africa in present-day Tunisia.[3] He is considered a forerunner of several social scientific disciplines: demography,[4] cultural history,[5][6] historiography,[7][8][9] the philosophy of history,[10] and sociology.[4][8][9][10][11][12] He is also considered one of the forerunners of modern economics,[8][13][14] alongside the earlier Indian scholar Chanakya.[15][16][17][18] Ibn Khaldun is considered by many to be the father of a number of these disciplines, and of social sciences in general,[19][20] for anticipating many elements of these disciplines centuries before they were founded in the West. He is best known for his Muqaddimah (known as Prolegomenon in English), the first volume of his book on universal history, Kitab al-Ibar.
Abu Abdullah Muhammad Ibn Abdullah Al Lawati Al Tanji Ibn Battuta Arabic: أبو عبد الله محمد ابن عبد الله اللواتي الطنجي بن بطوطة or simply Ibn Battuta (February 24, 1304–1368 or 1369) was a Moroccan Berber Muslim scholar and traveller who is known for the account of his travels and excursions called the Rihla (Voyage) in Arabic. His journeys lasted for a period of nearly thirty years and covered almost the entirety of the known Islamic world and beyond, extending from North Africa, West Africa, Southern Europe and Eastern Europe in the West, to the Middle East, Indian subcontinent, Central Asia, Southeast Asia and China in the East, a distance readily surpassing that of his predecessors and his near-contemporary Marco Polo. With this extensive account of his journey, Ibn Battuta is often considered as one of the greatest travellers ever.[1]
Monday, April 12, 2010
I Am Not Trying To Be Another David Thoreau, But.........
Thus,simple tips to be happy...satisfied with your life n what or who surrounding u...dun think bout others, u n urself is what really matters...n of coz always put Allah in ur heart..
Sunday, April 11, 2010
Indahnya kedudukan Wanita dalam Islam =)
Friday, April 2, 2010
Thursday, April 1, 2010
Grammar vs Vocabulary:Continuum
"Rather than seeing grammar and vocabulary as totally separate and distinct,then, linguists are tending more and more to think in terms of a continuum.(p.38)
Sunday, March 28, 2010
IF
If you can keep your head when all about you
Are losing theirs and blaming it on you;
If you can trust yourself when all men doubt you,
But make allowance for their doubting too;
If you can wait and not be tired by waiting,
Or, being lied about, don't deal in lies,
Or, being hated, don't give way to hating,
And yet don't look too good, nor talk too wise;
If you can dream - and not make dreams your master;
If you can think - and not make thoughts your aim;
If you can meet with triumph and disaster
And treat those two imposters just the same;
If you can bear to hear the truth you've spoken
Twisted by knaves to make a trap for fools,
Or watch the things you gave your life to broken,
And stoop and build 'em up with wornout tools;
If you can make one heap of all your winnings
And risk it on one turn of pitch-and-toss,
And lose, and start again at your beginnings
And never breath a word about your loss;
If you can force your heart and nerve and sinew
To serve your turn long after they are gone,
And so hold on when there is nothing in you
Except the Will which says to them: "Hold on";
If you can talk with crowds and keep your virtue,
Or walk with kings - nor lose the common touch;
If neither foes nor loving friends can hurt you;
If all men count with you, but none too much;
If you can fill the unforgiving minute
With sixty seconds' worth of distance run -
Yours is the Earth and everything that's in it,
And - which is more - you'll be a Man my son!
Thursday, March 25, 2010
Right Word!
-Mark Twain
menangis kerana Allah
1.In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful.
2. Praise be to Allah, Lord of the Worlds
3.The Beneficent, the Merciful.
4.Owner of the Day of Judgement
5.Thee do we worship, and Thine aid we seek.
6.Show us the straight path,
7.The path of those whom Thou hast favoured; Not the (path) of those who
earn Thine anger nor of those who go astray.
Daripada Ibnu Abbas r.anhuma katanya, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;“Dua (jenis) mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: Mata yang menangis akibat ketakutan kepada Allah dan mata yang tidak tidur berjaga di jalan Allah.” (At-Tirmizi).